Ciptakan Kesadaran Dengan Sebuah Pertanyaan...
SIAPAKAH DIRI KITA SEBENARNYA..............? Oke, silakan lanjutkan.....
“Tong,
bangun tong. Udah jam sembilan. Lu mau kuliah nggak?” Gelombang suara
ibunya Entong yang sedang menyeterika pakaian ruang tengah
memantul-mantul pada dinding rumahnya yang sebagian terbuat dari kayu,
lalu masuk ke telinga entong yang tengah berkemul sambil memeluk guling
kurus di atas kasur tipis, yang banyak terdapat relief kepulauan di
sana-sini.
Entong tersentak. Matanya sedikit terbuka, namun dirinya
masih urung untuk bangun. Matahari yang cerah tidak diizinkan olehnya
untuk memasuki kamarnya – yang berukuran 3x3 meter – melalui jendela.
“Ah,
Emak berisik ah. Mate aye berat banget nak..” Jawab Entong sambil
mengelap iler di pipinya yang masih berfasa cairan yang mengalir pada
saat ia tidur tadi.
“Pegimane sih, lu? Tiap hari kerjanya molor
mlulu. Bangun tidur makan, terus tidur lagi. Sekolah kagak mau, ngaji
kagak mau. Hidup lu tuh mau diapain sih?”
“Emak… emak. Justru ini
namanya menikmati hidup mak. Kecil disuka, muda foya-foya, tua kaya
raya, mati masuk surga. Itulah hidup, mak.”
“Lu bener-bener nggak ngerti arti hidup ya Tong. Makanya denger ceramah pak Ustadz, kalo tujuan hidup tuh untuk…”
“Aaaah…. emak kuno. Brisik ah. Orang lagi nikmatin hidup kok diganggu. Urus kehidupan emak sendiri deh.”
Setelah
Entong berteriak seperti itu, suasana rumah menjadi hening. Hanya
tik-tok jam yang menunjukkan pukul sembilan lewat lima menit memenuhi
ruangan tengah tempat ibunya Entong bekerja.
Ilustrasi di atas
mengisahkan tentang seorang anak yang sedang mencoba menikmati hidup –
begitu menurut anak tersebut. Ia menganggap masa mudanya harus diisi
dengan foya-foya. Adakah di antara rekan muda yang menyerupai Entong,
tokoh anak pada cerita di atas?
Rekan muda, sekalian, ketika
tengah membaca ilustrasi di atas, insya Allah rekan muda memang hidup
bukan? Coba periksa lagi jantungnya, nafasnya, denyut darahnya,
dompetnya… Entong yang berada pada cerita di atas pun tengah hidup
ketika ia membantah kata-kata emaknya sambil menikmati selimut kumpel
plus apek ditambah bau iler, yang menaungi badannya yang bertelanjang
dada (dan bau juga).
Hanya saja, adakah kita syukuri hidup kita
ini? Kehidupan adalah nikmat yang jarang disyukuri oleh manusia. Padahal
aktifitas ini merupakan pintu gerbang bagi berbagai nikmat lain yang ia
dapatkan di dunia ini.
Bagaimana rasanya hidup? Apakah merasa
betah? Memang beginilah hidup: penuh suka yang di situlah kita
mempersembahkan kesyukuran kita kepada-Nya, dan penuh duka yang di situ
kita menunjukkan kesabaran kita sebagai ungkapan kebesaran jiwa di
hadapan-Nya.
Tapi apa yang dirasakan Entong tentang hidup memang beda. Ada rekan muda yang sependapat?
Berapa
lama kita hidup? Insya Allah apabila pembaca adalah seorang mahasiswa,
maka bisa ditaksir usia kita antara 18-25 tahun. Kalau cleaning service
atau pelayan café sempat membaca bulletin ini, maka silakan jawab
sendiri. Emang penulis pikirin? Tapi yang jelas, bilangan yang terus
bertambah yang kita rayakan setiap tahun itu adalah sebuah perjalanan
untuk menghabiskan sisa umur kita. Jangan pernah berbangga dengan
bilangan itu. Kecuali kalau bilangan itu sebanding dengan yang telah
kita dapatkan dan manfaat yang telah kita buat selama hidup ini.
Oke, sebuah pertanyaan lagi, sebenarnya mengapa kita hidup? Pernah kah kita renungkan masalah ini?
Sebenarnya
jawabannya simple saja. Kita hidup karena Allah telah menghidupkan
kita. Hanya saja jawabannya akan berbeda ketika pertanyaan ini diajukan
kepada orang-orang atheis atau kafir Quraisy. Sehingga Allah berfirman
untuk mengingatkan hal ini dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 28.
“Mengapa
kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
Jawaban mereka yang
salah terhadap pertanyaan “mengapa kita hidup” itu telah menyebabkan
mereka kafir. Mereka lupa bahwa Allah lah yang telah menghidupkan
mereka.
Hal ini seperti yang dialami oleh penganut Darwinisme,
yang berpendapat bahwa manusia berasal dari keturunan kera. Dengan ilmu
pengetahuan yang serampangan, mereka mengadakan penelitian dan
penilitian untuk menguatkan dugaan mereka.
Hanya pada akhirnya
peneilitian dan penelitian yang mereka lakukan semakin melemahkan dugaan
mereka, dan mencapai keruntuhannya. Tapi dasar mereka merasa bangsawan
(bangsa hewan), maka jadilah mereka baruak-baruak gadang nan ndak tahu
diuntuang. Andai mereka tahu bahwa ndak ka jadi urang bagai
barauk-baruak itu do.
Sedangkan kaum kafir Quraisy, mereka telah
melupakan dzat yang menghidupkan mereka. Kehidupan mereka tanpa arah.
Yang mereka sembah adalah berhala-berhala seperti hubal, lata, manat,
yang tidak memiliki kekuatan sedikit pun. Sehingganya Allah menegur
mereka seperti dalam firman di atas.
Dan kita pun bisa
berkedudukan sama seperti mereka, ketika kita lupa bahwa kita telah
dihidupkan oleh Allah, sehingganya kita tidak lagi tahu apa tujuan Allah
menghidupkan kita.
Lalu apa tujuan hidup kita? Dengan maksud apa
Allah menghidupkan kita? Adakah rekan muda yang sependapat dengan
Entong di atas mengenai tujuan hidup?
Setidaknya ada tiga tujuan Allah menghidupkan kita di dunia ini, yaitu:
Untuk beribadah kepada Allah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-dzariat : 56)
Firman
di atas menegaskan bahwa kehidupan kita ini tiada lain bertujuan untuk
beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Maka segala tindak tanduk kita
melenceng dari tujuan kita dihidupkan apabila tidak kita bingkai dengan
ibadah kepada Allah. Mulai dari bangun tidurnya kita hingga kita kembali
ke tempat tidur, harus frame dengan ‘ubudiyah.
Untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Dalam firman-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 61, Allah berfirman:
“…Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya…”. Dan dalam Al-Baqoroh ayat 30 Allah berirman,
“…Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.…”
Setiap
kita mengemban misi kekhalifahan. Siapa pun, dari seorang budak,
seorang cacat, hingga seorang bangsawan. Semuanya dihidupkan oleh Allah
dengan tujuan agar mereka mengolah bumi ini. Semua aktifitas kita tidak
boleh menyimpang dari misi ini. Belajarlah, memanfaatkan kedudukan kita
sebagai mahasiswa di FMIPA UNAND ini, dan niatkan sebagai pemenuhan
atas amanat yang kita pikul. Jangan sampai kita menjadi pengkhianat
dengan malas belajar.
Menjadi khalifah adalah tugas yang berat.
Kebanyakan manusia saat ini telah menyimpang dari misi ia ciptakan.
Manusia saat ini telah merusak bumi. Bukanlah pemakmur, tapi malah
perusak.
Ozon yang bocor, pemanasan global, terumbu karang yang
mulai punah, hingga sampah yang bertebaran di kampus tercinta kita ini
adalah akibat dari ulah manusia yang lalai tentang hakikat ia
dihidupkan.
Manusia yang bodoh. Memang benar seperti apa yang
dikatakan Allah dalam Al-Qur’an. Padahal ia tak lebih kuat dari gunung
yang menolak amanat untuk menjadi pemakmur bumi, padahal ia tidak lebih
perkasa dari langit, tapi ia menjadi pemikul amanat untuk memakmurkan
bumi ini. Dan akibat dari kelemahannya telah terlihat dewasa ini.
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab:72).
Untuk Ujian, Siapakah di Antara Kita yang Lebih Baik
Kehidupan
sarat dengan kompetisi. Perlombaan adalah suatu yang mutlak terjadi
dalam hidup. Mulai dari perlombaan untuk mencari nafkah, hingga lomba
matematika yang akan diadakan oleh Himatika Unand (masih termasuk lomba
juga khan.)
Dan Allah telah menciptakan kehidupan ini juga dalam
rangka perlombaan. Ia telah mengadakan sayembara kepada manusia, untuk
berlomba-lomba dalam menempuh amal yang baik. Allah akan menyeleksi kita
dalam perlombaan ini.
Perlombaan ini akan menentukan sang pemenang,
yang akan menyandang gerlar khoriul bariyyah (sebaik-baik makhluk) (QS
98:7), Sedangkan yang kalah akan menyandang gelar syarrul bariyyah
(makhluk terburuk) (QS 98:6).
Hadiah bagi yang memenangkan
perlombaan ini adalah tropi berupa surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, tabanas berupa kekekalan (lebih kekaldari kekekalan
energi), dan keridhoan Allah. Sedangkan bagi pecundang, akan mendapat
hadiah hiburan berupa mandi sauna tiap hari di neraka jahannam. Lumayan
kan hadiah hibburannya.
Dan pemenangnya ialah (teng ing eng…),
orang-orang yang beriman yang sampai akhir hayatnya mereka tetap
istiqomah terhadap keimanannya. Dan sang pecundang ialah orang-orang
kafir. Horeeee! Selamat bagi pemenang.
Seleksi Allah sebagai maksud dari penciptaan kehidupan ini telah Allah katakana dalam Surat Al-Mulk ayat 2.
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Itulah
tujuan kita hidup. Bahkan Hawa pun tercipta di dunia ini dengan tujuan
seperti diatas, bukan untuk menemani sang Adam. Kalau Hawa tercipta
untuk menemani sang Adam, mengapa Hawa tidak ikut wafat ketika Adam a.s.
wafat? Mengapa Hawa tidak menemani sang Adam di alam Baqa’? Begitu juga
dirimu, tercipta untuk tiga hal di atas. Bukan untuk menemani aku
lhooo.
Setelah kita mengatahui tujuan kita hidup, lalu timbul pertanyaan kembali, dengan apa kita hidup?
Kalau
pertanyaan di atas diajukan kepada Entong, maka Entong sambil menahan
kantuk akan menjawab bahwa ia tidur dengan bantal guling, kasur,
selimut, dan khawayalan-khayalan peneman ia berkemul. Tapi tentu tidak
seperti itu apabila pertanyaan itu diajukan kepada rekan muda yang lebih
berakal.
Dengan Islam lah kita hidup. Islam adalah agama yang paripurna. Ia adalah jalan hidup yang diperintahkan oleh Allah.
“…Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”
(QS 5:3)
Dengan syariat Islam-lah kita hidup. Aturannya menakup
segala segi dalam hidup ini. Kehidupan bernegara dan bermasyarakat ia
atur. Sampai kepada masuk ke dalam kamar kecil. Imam Syahid Hasan
Al-Banna mengatakan, “Islam adalah system menyeluruh yang menyentuh
seluruh segi kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintah dan
umat, akhlak dan kekuatan, kasih saying dan keadilan, peradaban dan
undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam,
penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran,
sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar. Tidak
kurang dan tidak lebih.”
Islam adalah agama keselamatan yang jaminan
keselamatannya telah terpancar dari namanya. Agama yang bersih, damai,
dan tunduk kepada Allah.
Singikirkan isme-ime lain buatan manusia. Dan mari kembali ke jalan Allah, bernaung pada Islam ya’lu walaa yu’la ‘alaih.